saya yakin pasti anda sudah mengerti “rude language” di sini. yang saya maksud adalah, kata-kata kasar/kotor yang biasa digunakan dalam kehidupan berinteraksi masyarakat sehari-hari.
kenapa saya membahas masalah ini?
karena … yang kepengin aja sih, ndak ada alasan khusus, hahaha [gak lucu ah,prof]
menurut survei yang saya lakukan di negara indonesia, eh lebih baik nama negaranya saya samarkan saja sebagai melati, setuju? [gaaaak, emang korban pelecehan seksual?]
saya ulangi, menurut survei saya di negara melati, masyarakat daerah tersebut, terutama para remajanya, suka berbicara kasar atau kotor dalam interaksi dengan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari?
di sini saya tidak akan membahas kenapa, itu kan mereka mau ngomong apa, mulut mulutnya mereka sendiri kan? not my bussiness lah yaw [whatever ah prof]
saya akan membahas bahasa kasar apa yang paling sering digunakan pemuda-pemudi negara melati tersebut, begituuu [oooh, gitu ya prof]
begini hipotesa saya,
generasi muda negara melati ini terbeda menjadi beberapa kelompok menurut penggunaan “rude language” mereka,
1. anak-anak daerah yang suka berbicara bahasa kasarnya daerah masing-masing, misalnya remaja di suatu desa di pulau jawa eh, sebut saja pulau a, menggunakan kata “cocote” atau “sirahmu” untuk mengata-ngatai temannya. disebut “rude language” karena, di pulau a tersebut, penggunaan kata-kata ini tidak sopan. dan tidak sesuai tata bahasa pulau a tersebut.
2. remaja gawul yang hidup di kota besar dan agak besar (kelompok a). mereka lebih suka menggunakan bahasa indonesia negara melati itu sendiri seperti kata “brengsek” atau “kurang ajar”. no comment buat yang ini.
3. remaja gawul hidup di kota besar dan agak besar (kelompok b). mereka lebih suka menggunakan bahasa inggris eh, maksudnya bahasa negara lain untuk berbicara kasar, seperti “fuck” atau “asshole”. setelah saya tanya kenapa [ih, ngiklan ya prof?] katanya berbicara dengan bahasa tersebut terlihat lebih keren daripada bahasa negara melati itu sendiri. lagipula, kadang-kadang orang tua mereka tidak tahu apakah arti kata-kata kasar yang mereka gunakan tersebut, sehingga mereka tidak dimarahi orang tua mereka saat mengeluarkan kata-kata kasar bahasa lain itu. contoh real: sebut saja mawar [prof, suka bunga yah?] mengaku pernah dimarahi ibunya akibat berkata “bego” ke adiknya, maka di lain hari, saat mawar merasa dongkol pada adiknya dia berkata “fuck off and die you stupid asshole” [masyalloh, prof, disensor dooong!] pada adiknya. namun, karena tidak ada yang tahu artinya, mawar pun bebas dari kemarahan orang tuanya. hahahha, begitu kira-kira ketawanya si mawar. selain itu, remaja kota kelompok b ini mengaku tidak terlalu berdosa saat mengatakan misal, “damn!” tapi merasa agak berdosa saat mengatakan “brengsek!”. begitu kira-kira pengakuan mereka.
jadi sepertinya dari pembahasan singkat saya tadi kita dapat mengambil kesimpulan, ehm, apa yah? saya juga bingung, sebenarnya saya membahas apa dari tadi ya? yahhh, kalian ambil kesimpulan sendiri ya! saya undur diri saja. [kampret ah prof]
sampai jumpa!!
n.b: ga semua yang lo denger itu bener!
kenapa saya membahas masalah ini?
karena … yang kepengin aja sih, ndak ada alasan khusus, hahaha [gak lucu ah,prof]
menurut survei yang saya lakukan di negara indonesia, eh lebih baik nama negaranya saya samarkan saja sebagai melati, setuju? [gaaaak, emang korban pelecehan seksual?]
saya ulangi, menurut survei saya di negara melati, masyarakat daerah tersebut, terutama para remajanya, suka berbicara kasar atau kotor dalam interaksi dengan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari?
di sini saya tidak akan membahas kenapa, itu kan mereka mau ngomong apa, mulut mulutnya mereka sendiri kan? not my bussiness lah yaw [whatever ah prof]
saya akan membahas bahasa kasar apa yang paling sering digunakan pemuda-pemudi negara melati tersebut, begituuu [oooh, gitu ya prof]
begini hipotesa saya,
generasi muda negara melati ini terbeda menjadi beberapa kelompok menurut penggunaan “rude language” mereka,
1. anak-anak daerah yang suka berbicara bahasa kasarnya daerah masing-masing, misalnya remaja di suatu desa di pulau jawa eh, sebut saja pulau a, menggunakan kata “cocote” atau “sirahmu” untuk mengata-ngatai temannya. disebut “rude language” karena, di pulau a tersebut, penggunaan kata-kata ini tidak sopan. dan tidak sesuai tata bahasa pulau a tersebut.
2. remaja gawul yang hidup di kota besar dan agak besar (kelompok a). mereka lebih suka menggunakan bahasa indonesia negara melati itu sendiri seperti kata “brengsek” atau “kurang ajar”. no comment buat yang ini.
3. remaja gawul hidup di kota besar dan agak besar (kelompok b). mereka lebih suka menggunakan bahasa inggris eh, maksudnya bahasa negara lain untuk berbicara kasar, seperti “fuck” atau “asshole”. setelah saya tanya kenapa [ih, ngiklan ya prof?] katanya berbicara dengan bahasa tersebut terlihat lebih keren daripada bahasa negara melati itu sendiri. lagipula, kadang-kadang orang tua mereka tidak tahu apakah arti kata-kata kasar yang mereka gunakan tersebut, sehingga mereka tidak dimarahi orang tua mereka saat mengeluarkan kata-kata kasar bahasa lain itu. contoh real: sebut saja mawar [prof, suka bunga yah?] mengaku pernah dimarahi ibunya akibat berkata “bego” ke adiknya, maka di lain hari, saat mawar merasa dongkol pada adiknya dia berkata “fuck off and die you stupid asshole” [masyalloh, prof, disensor dooong!] pada adiknya. namun, karena tidak ada yang tahu artinya, mawar pun bebas dari kemarahan orang tuanya. hahahha, begitu kira-kira ketawanya si mawar. selain itu, remaja kota kelompok b ini mengaku tidak terlalu berdosa saat mengatakan misal, “damn!” tapi merasa agak berdosa saat mengatakan “brengsek!”. begitu kira-kira pengakuan mereka.
jadi sepertinya dari pembahasan singkat saya tadi kita dapat mengambil kesimpulan, ehm, apa yah? saya juga bingung, sebenarnya saya membahas apa dari tadi ya? yahhh, kalian ambil kesimpulan sendiri ya! saya undur diri saja. [kampret ah prof]
sampai jumpa!!
n.b: ga semua yang lo denger itu bener!
No comments:
Post a Comment